Rabu, 26 Januari 2011

tak mengerti walau raga tlah telusuri

,
Mataku terpejam kala senja itu, saat aku kembali menyentuh bumi yang subur yang dipuja-puja orang. Mungkin kelelahan ini membuatku kian tak berdaya walau hanya sejenak tersenyum pada sanakku di sana. Aku hanya kaku, beku oleh dinginnya udara yang tak pernah ku hadapi sebelumnya. Waktu yang dulu kuyakini kini kian semu tak terprediksi oleh logika yang tertawar.

Kini saat aku sampai di tanah pertama kali aku menghirup udara, aku hanya terdiam tak berkata. Tak ada yang menyambut dengan senyum tawa, hanya tangisan kesedihan yang terpancar. Aku makin tak mengerti dengan keadaan, kenapa? Ada apa? Belum lagi mulut ini seakan tak lagi mau aku atur, berontak pada sang majikan yang sudah beribu hari menjaganya. Yah mungkin saatnya kini kubiarkan inderaku ini merdeka, tak lagi dipertuan yang tak abadi.


Tak hanya itu, kenapa semua pada diriku tak terkontrol lagi? Dingin, entah apa yang tengah merasuki tubuh rentaku ini. Semua yang biasa aku lakukan , praktis hanya impian dan jadi angan yang tak terjadi. Layaknya air yang tak mampu mengalir walau tengah dikejar oleh angin. Tak mampu bergerak meski kian terdorong gaya yang luar biasa, tak mengerti hanya ada dalam pikiranku yang kian lupa.

Dulu satu yang ku ingat saat aku masih menikmati kehangatan dunia, walau tak mampu membuatku tenang, tapi aku tetap mampu bermimpi meraih kebahagiaan. Bukan untuk aku, tapi untuk mereka yang aku sayangi, untuk mereka yang menyayangi aku. Untuk yang tengah mengerti aku, kekuranganku sebagai makhluk yang hina, penuh dosa.

Tak terasa beribu waktu tlah terlewati tanpa aku sadari, apakah ada yang berlalu tanpa aku maknai dengan sebuah harapan? Apa ada yang aku biarkan melewatiku begitu saja tanpa aku hargai dengan senyumanku?

Kini aku yang tengah linglung tak mampu pahami apa yang terjadi di hariku yang lalu, di masa yang telah aku jalani dengan segala diam yang aku lakukan. Tak mampu aku kembali ke masa yang terasa indah bersamanya, masa yang pernah ku impikan sebelumnya. Tapi ternyata masa yang justru cepat berlalu tanpa aku bisa mencegahnya.

Saat aku tetap berusaha ikhlas menerima segala yang tengah berlalu, aku jatuh dan sulit untuk kembali bangun. Sebuah keraguan akan diriku sendiri sempat menyeruak masuk dalam sanubari, namun aku yakin hidupku bisa berubah. Aku sedikit demi sedikit ingin maju, tapi merangkak pun aku masih sulit.


Satu hasrat saat ku yakin tubuh ini telah masuk ke dalam rumah yang kian sempit dan gelap layaknya tak ada cahaya. Apa aku tak lagi bisa bertemu? Apa sudah hilang kesempatan hidupku? Tak kutemui apa yang kucari saat ini, walau terus mencoba dan kucoba mencari, menanti diri.

1 komentar:

Posting Komentar

 

AE65 Copyright © 2011 | Template design by O Pregador penyesuaian by ae65 disain| Powered by Blogger

Selamat datang di Blog Kang Ismet. Ini hanya contoh dialog box sederhana dengan jQuery. Untuk membuatnya, silahkan fahami sedikit demi sedikit, jangan terburu-buru.
OK