Oleh Farid Wajdi,S.Ag
Membalas salam
selain wajib juga menunjukkan semangat kita menyambut bulan puasa yang
penuh berkah. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa “ (Al-Baqarah : 183)
Tiada lafadz yang paling indah keculai Alhamdulillah. Kepada Allah
SWT yang maha menguasai dan maha memberi kita bersyukur tertuama atas
rahmat dan hidayah sehingga kaki kita ringan melangkah, senang hati kita
bertemu di Mesjid ini (As-Salam Pulau Gersik). Dan itu dicatat sebagai
ibadah dengan beripat ganda, Ikhlas menjalaninya bukan karena sesuatu
(bertemu dengan Bupati).
Dalam
sepuluh hari berpuasa mudah-mudah ibadah kita mengalami kemajuan, bukan
syaff (baris) jamaah yang maju, bukan maju meramaikan pusat-pusat
perbelanjaan, bukan. Oleh karena itu marilah kita isi bulan puasa ini
dengan mengikuti sunnah Rasul terutam bagi mereka yang bersaksi dn
mengaku Muhammad sebagai utusan Allah.
Di
bulan puasa ini pula keberkahan itu kita rindukan seperti surga yang
merindukan empat golongan manusia seperti suami merindikan istrik, orang
tua merindukan anak. Tanda keempat golongan manusia itu :
1. Ahli kitab yang senantiasa menjadikan Qur’an sebagai pedoman hidup. Kita
bukan hanya dituntut untuk membaca Al-quran tetapi juga mengamalkannya.
Begitupun tadarus itu tidak mengenal waktu, tidak dibulan puasa pun
kita hendaknya bisa membaca Qu’ran. Dan ini langkah awal kita memahami
Al-quran. Oleh karena itu tradisi ramadhan itu hendaknya dilakukan
pertama secara berkesinambungan.Kedua dilakukan dengan memahami makna ,
mengkaji dan mengamalkan ajaran itu sendiri.
Dalam
berpuasa pun kita harus mengamalkan sesuai yang diajarkan sehingga
ketentuan yang membatalkan puasa secara fisik sesuai dengan pengalaman
secara bathin. Seperti waktu kita menerima surat Bupati kita tidak
diharapkan mampu membaca surat tetapi mestinya memaknai isi surat karena
suatu waktu akan ditanyakan bagaiman pelaksanaan isi surat tersebut.
Iqra,
iqra,iqra bacalah atas nama Tuhanmu. Membaca itu membuat kita tahu ilmu
yang tersirat dari alam dan ilmu pengetahuan yang tersurat. Pernah
suatu ketika orangtua menangisi anaknya yang tidak bisa membaca
Al-qu’ran, lantas menangiskah kita ketika kita tidak bisa mengamalkan
ajaran qur’an itu?
2. Orang yang menjaga lidah (perkataannya).
Sadarilah bahwa banyak konflik sosial yang terjadi berawal dari
perkataan yang merugikan orang lain. Dibulan ini kita pun dituntut
mengendalikan lidah, untuk tidak berkata bohong, menyakiti orang lain
dengan kekurangannya dan tidak berkata yang sia-sia. Sebaliknya kita
dituntut untuk menyampaikan kebenaran dengan kesabaran.
3. Orang yang membersihkan hartanya dengan zakat.
Kita tahu bahwa kehidupan ini terhadap si kaya dan si miskin. Kepada si
kaya hendaknya bisa melindungi si miskin melalui zakat begitu si miskin
berupaya agar tidak menggantungkan diri dengan si kaya. Jadi sampaikan
hak-hak orang lain (zakat) itu dengan benar, dengan berbagi dan mengajak
orang untuk membantu si miskin.Harta itu
amanah, karena pemilik harta sesungguhnya adalah Allah SWT. Suatu saat
harta itu akan diambil dan hanya orang kufurlah yang selalu mengumpulkan
harta namun tidak memperhatikan hak orang lain didalamnya. Bahagiakah
kita jika harta yang kita kumpulkan justru tidak bisa kita nikmati.
Karena diganjar berbagai penyakit kita hanya bisa menikmati sedikit
makan dan sedikit minum. Jadi utamakan zakat (yang ditetapkan 2,5 kg
beras atau uang sebesar Rp. 16.000 dimana satu kilo beras diharga
Rp.6.000)
4. Orang yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang merugi yang berpuasa hanya
dengan menahan haus dan lapar. Dengan ibadah puasa diharapkan a.
ibadadah meningkat , b. emosi lebih rendah karena telah berlatih menahan
diri c. mengendalikan untuk tidak menikmati sesuatu dengan berlebih-lebihan. Dengan makan yang cukup maka tidak membuat pikiran kita rendah dan
d. walaupun sudah manusiawi kita memiliki amarah namun bisa memaafkan,
begitupun terhadap orang yang kekurangan kita memaafkan dengan membantu
dirinya untuk benar (produktif)
Mudah-mudahan
ibadah puasa menjadikan kita bagian dari empat golongan
tersebut.Thausiyah ini hanyalah menjadi sarana untuk saling menasehati
dalam kebenaran. Karena dua puluh enam jam hidup, tidak kita ketahui
kapan ajal mencabut nyawa, bisa siang bisa malam. Maka semakin kita jauh
berjalan semakin denganlah kita ke tujuan. Oleh karenanya, langkah kita
di 10 (sepuluh) hari kedepan dapat diisi dengan ibadah yang membuat
kita lebih baik .
Hikmah Ramadhan ini disampaikan Farid Wajdi, S.Ag saat memberikan hikmah Ramadhan di Mesjid Assalam Pulau Gersik