Sejak kecil walau tidak diwiridkan kalimah cinta, tetapi ruh cinta itu telah dianyam kukuh dan penuh seni oleh bunda dan ayahanda. Mereka tidak pernah lelah menyulam dan menyimpul mati di sanubari.
Kini tanpa aku sadar cahaya xinta sering terpancar menerjemahkan dirinya sendiri. Tanpa ditahan atau dipaksakan. Ruh cinta itu menyatu laksana aroma mawar dan airnya, mana mungkin terpisahkan. Aku membesar dalam cinta, cinta Tuhan, cinta Nabi, cinta Bunda dan Ayahanda.
Sering kali cinta ini dikhianati, ada waktu ditikam bertubu-tubi, ada waktu dibiar sendiri. Tapi itu bukan alasan untuk akumenahan diri dari terus menebar cinta kepada Insan dan seluruh alam.
Walau apa jua yang berlaku, cinta tetap aku tebarkan, karena dengan cintalah alam ini diciptakan, dan aku tidak pernah merasa rugi memberi cinta, karena khazanah cinta-NYA tak pernah kering.
Akan tetapi aku tidak mengharap balasan Insan, karena nuraniku sadar DIA PEMILIK CINTA tak pernah curang.
Kamis, 17 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)