Demikian pula kita harus melatih mental dan perasaan, bahwa menerima nasihat adalah menerima uluran cunta kasih dari saudara kita. Semakin banyak ,secara proporsional, kita mendapatkan nasihat, apalagi dari orang-orang terdekat, maka itu artinya mereka semakin menyayangi kita.
Tidak sulit menerima logika di atas jika kita memahami bahwa sesungguhnya nasihat itu adalah umpan balik atas sikap, perilaku atau tindakan yang telah kita lakukan. Sebagai manusia yang memiliki kemampuan terbatas, kita sulit meneliti dan memeriksa diri kita saat melakukan perbuatan. Seringkali kita tidak tahu dan tidak asdar telah melakukan kesalahan atau kelalaian di dalamnya yang bisa saja menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Selain itu, sesungguhnya dalam diri kita ada dinamika kepribadian dan fluktuasi keimanan seiring dengan kompleksitas ujian hidup yang mungkin saja membuat kita jatuh pada kesalahan.
Benarlah perkataan Umar yang melihat teguran kesalahan sebagai hadiah yang berharga. Sikap ini perlu dikembangkan, terutama meningkatkan ketahanan dan solidaritas keluarga muslim, agar dapat mengeliminir tarikan ego yang cenderung ingin menang sendiri. Sifat ini adalah kebalikan sifat mementingkan diri sendiri, seperti yang dianut masyarakat meterialistis. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Tujuan hidup mereka adalah kebebasan pribadi untuk kepuasan nafsu. Mereka tidak perlu memberitahu orang lain akan kesalahan dan kelalaiannya.
Karena itu nasihat sebagai wujud kontrol sosial dan pengendalian kualitas keshalehan individu maupun kelompok merupakan kegiatan yang harus dilalukan secara sistematis. Tujuannya adalah untuk memerikasa dan meluruskan penyimpangan yang terjadi. Allah Maha Tahu kelemahan manusia. Kala manusia tak mampu mengontrol dirinya, Ia mencukupkannya dengan menjadikan sesama muslim sebagai cermin bagi yang lain. Melalui perbuatan mereka, kita dapat melihat perbuatan kita sendiri.
Kini, jauh setelah anjuran Rosulullah tersebut, manusia modern mengenal apa yang disebut dengan kaizen (sebuah pelatihan managemen pengembangan diri yang dikembangkan oleh Masaki Amai, 1993). Kai yang artinya Change (perubahan) sedangkan zen artinya good (baik). Jadi Kaizen berarti perubahan terus-menerus menuju penyempurnaan. Wallahu ‘alam bisshowab